Selamat Datang di Blog Perjuangan Hidupku dan silahkan baca artikelnya
Banner Pemilu 2009 Pictures, Images and Photos

Jumat, 20 Maret 2009

Kehidupan Orang di Perbatasan Negara

Ada sebuah desa kecil di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Bagian Utara Kalimantan Timur. Pun ada sejarah dari wilayah itu. Saat konfrontasi dengan Malaysia di era Presiden pertama RI, Soekarno, tempat itu menjadi basis penyerbuan tentara Indonesia menyerang Malaysia. Ada saksi bisunya hingga kini. Bangkai besi tua pesawat milik RI yang tertembak, masih tergeletak di desa itu. “Pesawat ini ditembak oleh tentara Indonesia. Disangka pesawat milik Malaysia, ternyata milik Indonesia,” ujar Filipus Gaing, tokoh masyarakat setempat. Itulah Long Bawan. Salah satu desa terisolir di Indonesia. Wilayah yang berbukit-bukit yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Serawak, Malaysia. Daerah itu didiami oleh suku Dayak Lundayeh. Dari pusat ibukota Nunukan berjarak 350 kilometer ke arah barat. Untuk tiba di daerah itu, transportasi udara menjadi pilihan utama. Tak ada jalur darat maupun laut. Jalur sungai bisa dilakukan, tapi beresiko kematian. Curam, terjal dan masih banyaknya binatang liar di kawasan hutan. Daerah itu, benar-benar dikeliling oleh pergunungan dan hutan belantara. Batas negaranya berada di puncak pergunungan. Kehidupannya, berharap dari pertanian untuk dijadikan kebutuhan harian. Jangan berharap menemukan produk Indonesia. Dari makanan ringan sampai bahan baku rumah tangga saja, sebagian besar berasal dari Malaysia. Bahan ini diperoleh dengan sistem pertukaran alias barter. Penduduk Krayan membawa beras dan hasil pertanian ke perbatasan Malaysia, yang ditukar dengan daging dan makanan. Pertukaran itu kelap dilakukan. Untuk tiba di pintu perbatasan, tak sulit bagi penduduk setempat. Pasalnya, tentara perbatasan sudah mengenal wajah warga. Sayangnya, infrastruktur jalan penghubung di perbatasan itu dalam kondisi rusak. Begitupun dengan infrastruktur transportasi dan lainnya. Hanya ada bandara perintis yang berlandasan non aspal. Sedangkan jadwal penerbangan, tidak rutin. “Akhirnya, warga memilih melakukan perekonomian langsung ke Malaysia,” ujar Filipus. Kehidupan perbatasan tidak hanya di Long Bawan. Di Kepulauan Sebatik yang masih berada di Kabupaten Nunukan, Kaltim, bahkan tergolong unik. Di desa Aji Kuning, rumah penduduk langsung ditapal batas antara wilayah Indonesia dan Malaysia. Penduduk pun, tanpa perlu memiliki surat keimigrasian, hanya paspor lintas batas “Saya tetap orang Indonesia,” kata Yusuf, warga Sebatik. Pengakuan itu, kontras dengan kebutuhan sehari-hari. Penduduk setempat lebih memilih mendapatkan barang dari Tawau, Negara Bagian Sabah Malaysia yang berjarak waktu satu jam dengan lautan. Dari soal beras, gula, bahkan sabun mandi pun, dari Negeri Jiran Begitupun dengan hasil pertanian warga setempat, seperti Cokelat dan rempah-rempah. Warga membawanya ke Malaysia untuk dijual. Alasannya, jarak ke wilayah terdekat, Kota Tarakan Kalimantan Timur menempuh waktu tiga jam. Tak aneh, dua mata uang beredar, yakni rupiah dan ringgit. Di kepulauan Sebatik, jangan berharap bisa menonton televisi Indonesia, kecuali dengan fasilitas parabola. Televisi Malaysia lebih mendominasi, bahkan menjadi tontotan menarik. Ada TV1, TV2 dan TV3. “TVRI kadang-kadang kita peroleh, tapi lebih banyak rusaknya. Banyak warga tidak punya parabola. Tidak aneh kalau banyak warga lebih mengenal pejabat Malaysia dibandingkan Indonesia,” ujar Yusuf. Ironi.

Sumber : http://roesman.blogspot.com/2007/02/kehidupan-orang-perbatasan.html

Tidak ada komentar:

Kampanye Pemilu Damai 2009

pdip no 28 pemilu 2009 Pictures, Images and Photos
Terima Kasih atas Kunjungan anda di blog Perjuangan Hidupku